“SIPAYU” Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Meningkatkan Ekonomi Desa Melalui Aplikasi Pemasaran Cabai Hiyung Pada Kecamatan Tapin Tengah Kabupaten Tapin

Cabai Hiyung, Si Pedas yang Jadi Primadona Ketahanan Pangan Kabupaten Tapin



Keberadaan Cabai Hiyung telah memberikan aspirasi bagi Kabupaten Tapin, hingga dibawa di bawa ketingkat inovasi daerah dimana masuk nominasi "Top 99 dan 15 Finalis Kelompok Khusus Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2020. Dijelaskan bahwa  
Lahan rawa yang cukup luas dan tingkat keasaman tanah yang tinggi menjadi tantangan bagi masyarakat di Kabupaten Tapin untuk mengelola pertanian di wilayah tersebut. Karakteristik tanah yang asam membuat lahan Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan tersebut sulit dikelola menjadi lahan pertanian, terutama untuk menanam padi atau komoditas tanaman pangan lainnya. Sehingga banyak lahan yang terabaikan karena tidak bisa dikelola oleh masyarakat.

Kenyataan tersebut menginisiasi Pemerintah Kabupaten Tapin untuk menciptakan gagasan berupa budidaya cabai hiyung di lahan yang asam, yang disebut dengan inovasi Cabai Hiyung Tapin Mendunia, Pedasnya 17x Lipat. Cabai hiyung merupakan cabai rawit yang tumbuh di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bupati Tapin Arifin Arpan yang mengatakan budidaya tanaman cabai rawit Hiyung ini menjadi alternatif pengelolaan lahan pertanian karena bisa tumbuh dengan baik di lahan yang asam dengan PH 3,5. Keunggulan cabai hiyung dibanding dengan cabai varietas lain adalah memiliki tingkat kepedasan 17 kali dibanding cabai pada umumnya, dengan kadar capsaicin mencapai 94.500 ppm.

“Keunggulan lainnya adalah daya simpannya relatif lama, yaitu 10-16 hari pada suhu ruangan. Harganya juga cukup bersaing di pasaran,” ujar Arifin dalam tahap presentasi dan wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2020, di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), beberapa waktu lalu.

Dengan dikembangkannya budidaya cabai hiyung di Kabupaten Tapin sejak tahun 2014, telah berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor usaha tani cabai rawit hiyung serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Arifin mengungkapkan sebelum adanya budidaya cabai hiyung, tingkat pendapatan masyarakat di Kecamatan Tapin Tengah hanya di bawah Rp50.000 per hari, karena banyak yang hanya mencari penghasilan dengan mencari kayu bakar.

Tetapi setelah dikembangkannya budidaya cabai Hiyung di daerah tersebut, petani cabai Hiyung bisa mendapatkan penghasilan sampai dengan Rp300.000 per hari. Dikatakan, tercatat sebanyak 440 kepala keluarga di Desa Hiyung yang membudidayakan cabai hiyung.

Di dalam budidaya cabai hiyung ini, penanaman cabai rawit hiyung agak unik dibandingkan penanaman cabai rawit pada umumnya. Keunikannya terletak pada mulsa yang digunakan dan cara menanamnya. Mulsa yang digunakan berasal dari rumput rawa yang ada di sekitar areal penanaman. Semua areal pertanaman menggunakan mulsa rumput.

Fungsi mulsa rumput ini adalah untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi evaporasi tanah, dan melindungi tanaman dari terik matahari yang menyengat. “Yang menarik juga adalah pemupukan dan pemeliharaan cabai hiyung ini hanya menggunakan pupuk organik. Tidak memakai pupuk kimia,” imbuhnya.

Menurut Arifin, selain untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, tujuan digagasnya inovasi cabai rawit varietas hiyung ini adalah sejatinya untuk menjaga dan menjamin kelestarian plasma nutfah terkait keunggulan dan kualitas cabai rawit lokal varietas hiyung. Selain itu, juga untuk menyediakan alternatif klon unggul nasional dalam pengembangan budidaya genus capsicum, khususnya cabai rawit varietas hiyung, baik di Kalimantan Selatan maupun di luar Kalimantan Selatan.



Untuk itu, di dalam implementasi inovasi ini pemerintah Kabupaten Tapin melakukan berbagai strategi terkait peningkatan potensi lahan untuk meningkatkan produktivitas cabai rawit hiyung, pengolahan pascapanen, bantuan alat pengolahan pascapanen, serta pola kerja sama dalam pendistribusian hasil pertanian antara pemerintah daerah dan petani atau kelompok tani cabai rawit hiyung. Pemkab Kabupaten Tapin juga menjalin kerja sama dengan swasta (CSR) untuk peningkatan kapasitas petani cabai rawit hiyung dalam mengolah cabai rawit hiyung menjadi produk makanan dalam kemasan. “Kita antisipasi dan pantau terus apa yang menjadi kebutuhan dan kekurangan dari petani kita,” tandasnya.

Cabai hiyung telah dipasarkan ke berbagai daerah di Kalimantan Selatan dan luar Kalimantan, seperti Bandung, Surabaya, Depok, Yogyakarta, dan daerah lainnya di Pulau Jawa. Produk yang dipasarkan bervariasi, seperti cabai segar, benih, bibit, maupun dalam bentuk olahan berupa sambal botol dan abon cabai hiyung.

Sumber : https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/cabai-hiyung-si-pedas-yang-jadi-primadona-ketahanan-pangan-kabupaten-tapin

Share:

Cabai Hiyung Sumber Genetik Lokal Kalimantan Selatan


Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) telah menghasilkan salah satunya Sumber Genetik Lokal (SGL) adalah cabai rawit di Kalimantan Selatan sebagai varietas lokal. Cabai rawit lokal berasal dari Desa Hiyung Kecamatan Tapin Tengah Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan. Varietas lokal ini diberi nama Cabai Rawit Hiyung dan telah di daftarkan pada Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia Nomor 09/PLV/2012 tanggal 12 April 2012.

Pada awalny cabai rawit Hiyung berasal dari Desa Linuh dalam skala rumah tangga, Selanjutnya mulai ditanam di Desa Mandurian Kecamatan Tapin Tengah dan pada saat yang sama ditanam cukup luas di Desa Hiyung oleh petani setempat bernama M. Khalilurrahman atau dikenal dengan Pak Barjo, yang berhasil mengembangkan cabai rawit Hiyung dan dapat mengajak masyarakat setempat untuk ikut menanam.

Penanaman cabai rawit Hiyung agak unik dibandingkan penanaman cabai rawit pada umumnya. Keunikannya terletak pada mulsa yang digunakan dan cara menanamnya. Mulsa yang digunakan berasal dari rumput rawa yang ada di sekitar areal penanaman. Semua areal pertanaman menggunakan mulsa rumput. Fungsi mulsa rumput ini adalah untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi evaporasi tanah dan melindungi tanaman dari terik matahari yang menyengat. Penanaman cabai rawit Hiyung biasanya dilakukan oleh ibu-ibu petani dan dilakukan dengan berjalan duduk jongkok mundur kebelakang. Bibit tanaman yang sudah ditanam dilindungi oleh mulsa rumput.

Keunggulannya cabai rawit Hiyung antara lain memiliki tingkat kepedasan yang tinggi dengan kadar capsaicin mencapai 94.500 ppm dan mempunyai daya simpan yang cukup lama (10-16 hari pada suhu ruangan). Ciri – ciri cabai rawit hiyung adalah daun meruncing, kedudukan tangkai bunga tegak, bunga berbentuk terompet, sudut antara tangkai dan bunga 117,29º, ketebalan daging buah 0,65 – 0,66mm, bentuk buah kerucut, dan warna buah muda hijau, menjelang masak hijau keunguan, buah masak merah cerah. (Nap)

Info lebih lanjut: BPTP Kalimantan Selatan
Sumber : https://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/3152/

Share:

Struktur Cabai Rawit Hiyung

 

Bagi mereka yang menggemari cita rasa pedas, sepertinya harus mengenal varietas cabai Indonesia ini yang satu ini. Namanya cabai rawit Hiyung yang berasal dari Desa Hiyung, Tapin Tengah, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Cabai ini memiliki tingkat kepedasan hingga 17 kali lipat dibanding cabai rawit pada umumnya, karena itu dianggap sebagai cabai terpedas di Indonesia. Anggapan itu bukannya tanpa alasan. Berdasarkan penelitian Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen milik Kementerian Pertanian (Kementan) RI, kadar kapsaisin pada cabai rawit Hiyung mencapai 2333,05 ppm.

Selain rasanya yang lebih pedas dari jenis cabai rawit lainnya. Cabai Hiyung juga mempunyai keunggulan lain yaitu daya tahannya yang lebih lama. Ia mampu disimpan dalam suhu ruangan normal dari 8 hingga 10 hari. Kekhasan lain dari cabai rawit Hiyung adalah bentuk daunnya yang meruncing, kedudukan tangkai bunga tegak, bunga berbentuk terompet, sudut antara tangkai dan bunga 117,29 derajat. Selain itu ketebalan daging buahnya 0,65-0,66mm, bentuk buahnya kerucut, dan warna buah saat masih muda hijau, menjelang masak akan berubah jadi hijau keunguan, jika sudah masak sempurna, warnanya akan berubah menjadi merah cerah.

Dengan berbagai keunggulan dan keunikannya tersebut, kini cabai Hiyung menjadi komoditas utama penyangga kehidupan sebagian besar masyarakat Desa Hiyung. Namun uniknya, cabai ini kalau ditanam di lahan yang ada di luar Desa Hiyung, cita rasa pedasnya akan berkurang. Termasuk di Desa Linuh, tempat pertama kali Barjo membawa bibit cabai ini. Kini, nama cabai Hiyung semakin dikenal luas. Berdasarkan beberapa data yang ada di mana masyarakat Desa Hiyung bisa meraup dua ton per masa panen sebanyak 30 kali dalam satu tahun. Harga tertinggi cabai Hiyung pernah mencapai Rp.70.000 hingga Rp.90.000 per kilogram. Kabarnya, harga di pasaran bisa jauh lebih tinggi dari harga tersebut.

Untuk memaksimalkan penjualan cabai Hiyung, para petani di sana juga mulai mengembangkan sektor hilir cabai basah dengan membuat produk berupa abon cabai lokal, pengembangan sektor hilir cabai Hiyung ini demi menyiasati jika harga cabai milik mereka jatuh di pasaran. Karena hal itu, terbentuklah rumah produksi abon cabai. Dengan dibantu oleh Pemerintah Daerah Tapin, bantuan itu kemudian difasilitasi dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

Kegiatan pertanian cabai Hiyung membuktikan bahwa lahan rawa dan gambut dapat optimal bila dikelola dengan tepat. Para petani bahkan menolak tegas jika ada perusahaan-perusahaan lain mendekat ke lahan Desa Hiyung. Hingga kini tercatat ada 10 kelompok tani cabai yang ada di Desa Hiyung, dengan total mencapai 200 orang petani. Menurut data dari Pemerintahan Desa Hiyung, 80 persen masyarakat desa ini bekerja sebagai petani cabai.

Beragam upaya juga telah dilakukan untuk mempertahankan eksistensi cabai dari Hiyung. Misalnya, dengan mendaftarkan hak intelektual varietas cabai rawit Hiyung dan abon cabai Hiyung di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI. Varietas lokal ini diberi nama Cabai Rawit Hiyung dan telah didaftarkan pada Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia Nomor 09/PLV/2012 tanggal 12 April 2012,” dikutip dari Litbang.pertanian.go.id. Saat ini petani-petani sudah mulai berkembang. Namun, seperti daerah dengan lahan gambut lainnya, tantangan mereka ke depan adalah kebakaran lahan.

Share:

Abon Cabai Tapin Sudah Bersertifikat Halal

 

Kabar gembira bagi penggemar makanan pedas kini olahah makanan berbahan dasar cabe yang dibuat menjadi Abon cabai produk lokal Tapin telah mendapatkan sertifikat halal. Dengan telah dimilikinya sertifikat halal ini merupakan babak baru produk abon cabai Tapin untuk bisa masuk dipasaran dan memiliki daya saing dengan produk lainnya.

Sebelumnya belum ada sertifikat halal, abon cabai Tapin sulit masuk dipasar modern, dengan adanya sertifikat halal ini, produk kami bisa masuk ke semua pasar, oleh karena itu dengan adanya sertifikat halal pemasaran lebih luas bisa masuk super market dan produksinya juga akan semakin meningkat.

Keberhasilan abon cabai Tapin ini tidak lepas dari dukungan Bupati Tapin HM Arifin Arpan, khususnya dinas pertanian dan perindustrian dalam memberi dukungan berbagai macam bentuknya. Abon cabai Tapin, saat ini banyak dipesan orang dari luar daerah. Bahkan setiap pameran, selalu habis

Untuk diketahui bahwa Desa Hiyung Kecamatan Tapin Tengah Kabupaten Tapin adalah sentra pertanian cabai hiyung yang khas dan memiliki 17 kali lipat pesas dari cabe biasa. Kini di desa itu juga memiliki produksi abon cabai.

Share:

Bahan Abon Cabai Hiyung Tapin dari Rawit Merah

 

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bupati Tapin, HM Arifin Arpan, meminta para petani cabai rawit mengutamakan kualitas sebelum ekspor produk abon cabai ke Jepang dan Spanyol, hal tersebut disampaikan oleh Bpati pada saat mengunjungi sentra tanaman cabai rawit di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan pada beberapa waktu yang lalu.

Sementara untuk kualitas Bupati meminta "Harus yang cabai merah semua. Jangan dicampur dengan cabai hijau, nanti akhirnya abonnya menjadi hitam," hal itu menjadi arahan tentang pentingnnya menjaga kualitas abon cabai yang bagus. selanjutnya juga Bupati berkeinginan sentra produk cabai hiyung dikenal tidak hanya rasa pedasnya 17 kali lipat cabai rawit biasa, tapi karena kualitasnya juga.

Berdasarkan hasil inovasi warga saat ini Rasa pedas 17 kali lipat dari cabai biasa itu, kalau bisa, lebih dikenal di warga yang menikmati makanan di seluruh restoran Jepang dan Spanyol. Program lintas organisasi perangkat daerah, seperti Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tapin, diarahkan membantu produksi cabai hiyung serta pengembangan luas tanaman cabai hiyung. Berdasarkan daya yang ada bahwa produk pascapanen cabai hiyung baru sekitar 300 kilogram cabai basah.

Oleh karena itu kedepannya Pemerintah Kabupaten Tapin akan menjadi program prioritas untuk luas tanaman cabai hiyung lebih banyak untuk mencukupi bahan baku dalam bentuk abon cabai dan sambal kemasan botol. Sebagaimana saat ini bahwa usaha  cabai hiyung sudah mengantongi izin produksi, nilai gizi, sertifikat halal dari MUI.

Share:

Abon Cabai Hiyung Tapin Juara Kedua Inovasi Bisnis Sederhana Astra 2020


Komoditas tanaman cabai rawit hiyung pascapanen di Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatna, yaitu Abon Cabai, meraih juara kedua pemenang inovasi bisnis sederhana Astra 2020, keberhasilan tersebut diperoleh berdasarkan hasil penilaian yang oleh tim penilai independen melakukan penjurian secara ketat atas semua produk usaha kecil mikro menengah binaan Astra pada 2020.

Disampaikan oleh Ketua Kelompok Tani Karya Baru di Desa Hiyung, Junaidi, bahwa kelompoknya merasa bangga karena Cabai Hiyung Tapin dari kelompoknya berhasil meraih juara kedua inovasi bisnis sederhana Astra 2020, peraihan tersebut juga berkat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Tapin yang turut andil membantu, melalui Dinas Pertanian, yaitu mesin genset, oven pengering, 40 boks cabai kering dan 10.000 botol abon cabai isi 350 gram.

Berdasarkan hasil penjajakan yang dilakukan oleh berbaai pihak dimana Abon Cabai Hiyung sudah diuji tahan lama hingga satu tahun dan ini sesuai permintaan konsumen di Negara Sakura. Selanjutnya, kemasan Abon Cabai Rawit Hiyung diubah untuk menyesuaikan keinginan pasar di luar negeri. Oleha krena itu Abon Cabai Rawit Hiyung kemasan harus berbahasa Inggris dan Jepang, botol kemasan dari kaca dan komposisi serta kandungan disertakan dalam kemasan.

Berkat prestasi yang dicapai dari novasi cabai rawit Hiyung binaan Astra mampu mengangkat perekonomian masyarakat. Itulah yang menjadi titik berat dari pada penilaian dan mampu menerobos pasar luar negeri.

Share:

Sejarah Singkat Desa Hiyung dan Cabai Hiyung

Desa Hiyung merupakan termasuk dari wilayah Kecamatan Tapin Tengah Kabupaten Tapin. Desa Hiyung berasal dari kata yang diambil dari bahasa banjar yaitu Hiyung yang artinya tempat Taliyung sementara. Maksud dari tempat taliyung adalah dahulu diwaktu kejadian zaman jepang, zaman belanda, dan zaman PKI merupakan kejadian yang luar biasa yaitu pada waktu zaman tersebut terjadi peperangan baik itu bersifat gerombolan, pembunuhan dan penculikan di desa Hiyung selalu terlepas dari ancaman dan kegiatan tersebut oleh penjajah pada zaman itu.

Desa Hiyung adalah salah satu desa dari 17 desa yang terdapat di Kecamatan Tapin Tengah Kabupaten Tapin, mempunyai luas wilayah 22,04 Km2. Data penduduk Hiyung tahun 2018 keseluruhan adalah sekitar 1505 jiwa, dengan jumlah KK 422, laki-laki 808 dan perempuan 697 orang.

Asal usul cabai rawit Hiyung dari desa linuh kecamatan bungur kabupaten tapin yang dibawa oleh Bapak Subarjo ke desa Hiyung sekitar tahun 1993 kemudian dikembangkan pada tahun 1995 sampai sekarang, yang dikenal dengan nama “Cabai Rawit Hiyung”. Bapak Subarjo awalnya mengembangkan tanaman padi di desanya di Hiyung, kecamatan Tapin Tengah. Tapi karena daerahnya merupakan daerah pasang surut dengan kadar air yang asam, produksi padi tidaklah menggembirakan. Hasil produksinya menurun dari tahun ke tahun. Ketika itu bapak Subarjo berkunjung ke tempat keluarganya di desa linuh kecamatan Bungur Kabupaten Tapin, dan melihat tanaman cabai rawit yang tumbuh subur. Lalu muncul ide untuk menanam cabai rawit di desa Hiyung. Kemudian bapak Subarjo menanam bibit sendiri dengan membawa bibit dari desa linuh sebanyak 200 bibit dan berhasil menanam 200 pohon cabai dibelakang rumah. Karena lahannya merupakan lahan pasang surut, cabai rawit ini ditanam di bedengan atau surjan, agar pohonnya tidak terendam air kalau musim penghujan ternyata dari mencoba secara otodidak ini, hasilnya memuaskan, lalu meneruskan menanam cabai rawit.

Seiring waktu, banyak warga desa yang tertarik dan mencoba menanam cabai seperti yang dilakukan pak Subarjo dan memberikan pengetahuannya tentang cara menanam cabai dan hasilnya cabai yang ditanam rasanya lebih pedas, tahan lama dan lebih tahan dari serangan hama penyakit dibandingkan cabai yang ada di desa lainnya. Dengan cepatnya kabar itu pun menyebar dari mulut ke mulut warga di desa Hiyung dan mulai ada beberapa warga lainnya yang menanam cabai rawit ini sekitar tahun 1999 lalu. Dan uniknya cabai ini kalau ditanam di lahan yang ada di luar desa rasanya tidak sepedas yang ditanam di Desa Hiyung, termasuk di Desa Linuh, tempat pertama kalinya cabai ini dibawa.

Share:

Olahan Cabai Hiyung Laris Dipasaran

Petani Cabai Hiyung yang berada di Desa Hiyumg Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin mulai mengembangkan produksi olahan cabai terpedas dengan bentuk kemasan seperti Sambel dan abon. Salah satu pelaku usaha yaitu  Kelompok Tani Karya Baru, dimana kelompok tani tersebut mulai mengolah olahan cabai Hiyung berupa abon dan sambel tersebut sejak pertengahan tahun 2016.

Sejarah pembuatan lombak olahan tersebut berawal dari jatuhnya harga cabai waktu itu, sehingga membuat beberapa petani rugi dan bahkan membiarkan cabai-cabainya membusuk di pohon. Maka dengan itu ia bersama petani lain berinisiatif untuk membuat olahan cabai agar menghindari kerugian yang lebih besar lagi.

Setelah melihat perkembangan pemasaran olahan cabai ini, Kelompok Tani Karya Baru bersama anggota kelompok Karya Baru berinisiatif mangajukan bantuan berupa mesin penggiling untuk membuat abon dan sambel agar mempermudah dan meningkatkan hasil produksi. Bantuan tersebut dimintakan kepada Astra Grup, dan untuk mesin penggiling pembuat sambel bantuan dari Dinas Pertanian Tapin, adanya bantuan tersebut, hasil produksi kedua olahan tersebut pun meningkat, bahkan dalam satu hari bisa memproduksi 150 botol olahan sambel dan abon.

Dalam olahan ini dibuat tiga varian rasa, yakni rasa original, udang, dan bawang, walau olahannya bervarian rasa, iya menjamin untuk kualitas kepedasannya tidak berubah, namun yang berubah hanya pada romanya. Sementara untuk pemasaran olahan cabai terpedas tersebut masih sekitar kalimantan selatan, namun diakuinya olahannya tersebut cukup laris dipaaran, bahkan kelompoknya kewalahan dengan banyaknya permintaan dari konsumen.

Share:

Postingan Populer

Label

Kecamatan Tapin Tengah

Kecamatan Tapin Tengah

Label Cloud


Liputan Cabai Hiyung

Produk Abon Cabai Hiyung

Cabai Hiyung

Pencegahan Covid-19

Pencegahan Covid-19